F Menjadi Guru Inspiratif: Menerapkan Prinsip-Prinsip Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam Kelas Masa Kini | Ismanadi -->

Menjadi Guru Inspiratif: Menerapkan Prinsip-Prinsip Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam Kelas Masa Kini

Kegiatan Praktek Menggambar Ilustrasi di Luar Kelas. - Dok. Pribadi
Ki Hadjar Dewantara, lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah salah satu tokoh pendidikan Indonesia yang sangat berpengaruh. Ia dikenal sebagai pendiri Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang revolusioner pada masanya. Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara tidak hanya berfokus pada aspek akademis tetapi juga pada pengembangan karakter dan jiwa. Filosofi ini sangat relevan dengan tantangan pendidikan modern dan menawarkan pendekatan holistik yang bisa diterapkan dalam konteks saat ini yakni mengajar sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman.

Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

1. Ing Ngarsa Sung Tuladha (Di depan memberi teladan)

Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya seorang pendidik untuk menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya. Pendidik harus menunjukkan perilaku dan sikap yang ingin dilihat pada murid-muridnya. Dalam konteks modern, hal ini berarti guru harus memiliki integritas, kejujuran, dan semangat yang tinggi dalam mendidik. Keteladanan ini akan membangun kepercayaan dan rasa hormat dari para siswa.

2. Ing Madya Mangun Karsa (Di tengah membangun semangat)

Seorang pendidik harus mampu membangun semangat dan motivasi di tengah-tengah murid-muridnya. Ki Hadjar percaya bahwa pendidik harus berada di antara muridnya, bukan di atas mereka. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan kolaboratif. Dalam praktiknya, guru bisa menggunakan pendekatan pembelajaran yang interaktif dan partisipatif, sehingga siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar.

3. Tut Wuri Handayani (Di belakang memberikan dorongan)

Pendidik juga harus memberikan dukungan dan dorongan dari belakang, memungkinkan siswa untuk mandiri dan mengambil inisiatif sendiri. Ini sejalan dengan prinsip pendidikan yang memfokuskan pada pengembangan kemandirian dan tanggung jawab. Dalam pembelajaran modern, hal ini bisa diwujudkan melalui pembelajaran berbasis proyek atau problem-based learning, yang memungkinkan siswa mengeksplorasi dan belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari guru.
Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Pembelajaran  - Dok. Pribadi

4. Tri-N: Niteni, Nirokke, Nambahi

Ki Hadjar Dewantara juga memperkenalkan konsep Tri-N dalam pembelajaran: Niteni (mengamati), Nirokke (meniru), dan Nambahi (menambah). Proses ini mencerminkan pendekatan pembelajaran yang alami dan berkelanjutan. Siswa diajak untuk mengamati terlebih dahulu, kemudian meniru apa yang mereka lihat, dan akhirnya menambah atau mengembangkan pengetahuan mereka sendiri. Pendekatan ini relevan dengan konsep belajar sepanjang hayat dan pembelajaran berbasis pengalaman.

5. Kebebasan Berpikir dan Berkreasi

Ki Hadjar Dewantara sangat menghargai kebebasan berpikir dan berkreasi dalam pendidikan. Menurutnya, pendidikan harus memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan kreativitas dan berpikir kritis. Dalam konteks ini, kurikulum tidak boleh terlalu kaku dan harus memberikan fleksibilitas bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Hal ini bisa diterapkan melalui berbagai aktivitas ekstrakurikuler, proyek kreatif, dan ruang-ruang diskusi yang mendorong siswa untuk berpikir out of the box.

4. Pendidikan Holistik

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga mencakup pengembangan emosional dan moral. Pendidikan holistik ini bertujuan untuk membentuk pribadi yang utuh dan berkarakter. Implementasinya bisa berupa integrasi nilai-nilai moral dan etika dalam kurikulum, serta program-program yang mendukung pengembangan keterampilan sosial dan emosional siswa.
Berkarya Lukis Dengan Media Tote Bag - Dok. Pribadi
Berkarya Lukis Dengan Media Tote Bag - Dok. Pribadi

Refleksi dan Implementasi dalam Pembelajaran

Setelah mempelajari filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, saya mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya pendidikan yang holistik dan berpusat pada siswa. Filosofi ini menekankan pada pengembangan karakter, kemandirian, dan kreativitas, yang semuanya sangat relevan dengan kebutuhan pendidikan modern.

Perubahan Diri

Sebagai seorang pendidik, filosofi ini telah mendorong saya untuk lebih memperhatikan aspek-aspek non-akademis dalam proses pembelajaran. Saya menjadi lebih sadar akan pentingnya menjadi teladan yang baik bagi siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung. Selain itu, saya menyadari pentingnya memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir dan berkreasi secara bebas, serta mendukung mereka dalam proses pembelajaran yang mandiri.
Merancang Karya Seni Dengan Teknologi - Dok. Pribadi

Praktik di Kelas

Dalam praktik pembelajaran di kelas, saya berencana untuk menerapkan beberapa prinsip dari filosofi Ki Hadjar Dewantara:
  1. Menjadi Teladan: Saya akan lebih berusaha menunjukkan sikap dan perilaku yang positif, seperti kejujuran, semangat, dan rasa hormat, dalam setiap interaksi dengan siswa. Dengan begitu, saya berharap dapat menjadi panutan yang baik bagi mereka. Menjadi teladan dapat dimulai dengan melakukan hal-hal kecil seperti datang kesekolah tepat waktu, mengenakan pakaian sesuai dengan ketentuan yang ada, serta dapat menempatkan diri sesuai peran yang diambil pada kondisi dan situasi yang dihadapi.
  2. Membangun Semangat dan Motivasi: Saya akan lebih dan terus menggali serta menggunakan metode pembelajaran yang interaktif dan partisipatif, seperti diskusi kelompok, permainan edukatif, dan proyek kolaboratif. Metode ini diharapkan dapat membangun semangat dan motivasi siswa untuk belajar. Praktik baik dalam membangun semagat dan motivasi ini pernah saya lakukan ketika membersamai para siswa dalam pembelajaran seni lukis. Saya menyadari tidak semua anak memiliki bakat seni yang mumpuni, bahkan tidak jarang semangat mereka untuk berkarya seni sangatlah kurang. Untuk membangun semangat dan motivasi mereka yang cukup agar pembelajaran menyenangkan, saya memanfaatkan teknologi informasi berupa kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) dalam berkarya seni lukis. Para siswa saya arahkan untuk brainstorming mencari ide masing-masing atas konsep lukis yang akan mereka lakukan. Setelah mendapat ide, mereka saya instruksikan untuk menuangkan ide tersebut kedalam sebuah teks dalam beberapa paragraf. Dengan teknologi AI, ide para siswa yang telah dituangkan dalam bentuk teks tersebut dapat digenerate menjadi sebuah konsep lukisan dalam bentuk gambar digital sesuai dengan ide yang dituangkan masing-masing siswa. Dari gambar digital itulah nantinya yang digunakan sebagai contoh karya yang akan mereka buat secara manual pada kanvas maupun kertas. Dengan begitu, mereka lebih semangat dan termotivasi, karena telah memiliki gambaran konsep dari ide mereka sendiri, sekaligus telah memiliki contoh karya yang akan mereka hasilkan.
  3. Mendorong Kemandirian: Saya akan lebih berusaha menerapkan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) di mana siswa diberi kebebasan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan proyek mereka sendiri dengan bimbingan minimal dari saya. Ini akan membantu mereka mengembangkan kemandirian dan tanggung jawab.
  4. Mendorong Kreativitas: Saya akan terus dan lebih memberikan ruang bagi siswa untuk berkreasi dan berpikir kritis melalui berbagai aktivitas kreatif, baik melalui media seni maupun media kreatif lainnya yang lebih kekinian. Saya juga akan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat mereka.
  5. Integrasi Nilai Moral: Saya akan lebih memaksimalkan usaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai moral dan etika dalam setiap pelajaran, misalnya dengan mengaitkan materi pelajaran dengan situasi kehidupan nyata yang membutuhkan pengambilan keputusan etis. Selain itu, saya akan mengadakan diskusi rutin tentang isu-isu moral dan sosial yang relevan dengan kehidupan siswa.
  6. Kolaborasi dengan Orang Tua dan Komunitas: Saya akan berusaha lebih melibatkan orang tua dan komunitas dalam proses pendidikan. Misalnya, dengan memanfaatkan media komunikasi yang lebih intens dengan orang tua untuk mendiskusikan perkembangan dan kebutuhan siswa, serta mengajak komunitas-komunitas masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.


Kesimpulan

Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara menawarkan pendekatan yang holistik dan inklusif, yang sangat relevan dengan tantangan pendidikan modern. Dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip seperti Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani, serta memberikan ruang bagi kebebasan berpikir dan berkreasi, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih bermakna dan memberdayakan bagi siswa. Refleksi ini mendorong saya untuk lebih memperhatikan pengembangan karakter dan kemandirian siswa, serta menciptakan pembelajaran yang interaktif dan partisipatif. Dengan demikian, kita dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berkarakter kuat dan siap menghadapi tantangan masa depan.

------------------------
Artikel ini ditulis oleh Didik Ismanadi, sebagai tugas Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 - Pendidikan Guru Penggerak angkatan 11 kelas 162 B - Kota Malang 2
BERIKAN KOMENTAR ()