Dok. Ismanadi |
Disela-sela menjaga loket pendaftaran, khususnya bagian formulir. Sesekali saya buka linimasa media sosial. Di timeline beberapa orang teman yang kebetulan berprofesi sama dengan saya tak jarang bertebaran visual post terkait dengan brosur PPDB di sekolah masing-masing. Bagi saya, ini sangat menarik. Mengapa? karena branding sekolah yang ada, mau tidak mau harus dicitrakan dan diceritakan melalui selembaran brosur yang amat terbatas wujudnya. Apakah ini berpengaruh kepada penentuan orang tua/wali calon siswa memilih sekolah tersebut? terkait hal ini saya belum memiliki data dan referensi yang valid. Akan tetapi saya berani mengatakan memanfaatkan sisi psikologi desain atas nama branding itu penting. Apalagi untuk menarik sebuah titik "aware" yang bisa dimonopoli oleh indera penglihatan manusia. Ibarat musik, begitu kita mendengar lagu baru untuk pertama kalinya, kok rasa-rasanya kita bisa menilai lagu ini enak ya. Bisa dikatakan easy listening. Nah titik itulah yang seharusnya selalu ada dan dieksploitasi dari sebuah Desain Brosur untuk Branding Sekolah. Dan ini hendaknya jangan dibuat asal-asalan.
Dok. Ismanadi |
Agar Desain Terlihat Elegan.
Bagi sebagian besar sekolah, pasti memiliki bapak/ibu guru yang fasih mengopreasikan software-software grafis. Cuman terkadang tidak semua yang fasih itu, juga terbiasa dengan sense of aestetic. terkadang hanya asal tempel sini-sana tanpa memperhatikan unsur-unsur rupa yang ada. Dan itu juga sering terjadi kepada saya. Nah solusi terkonkretnya adalah lakukan beberapa hal berikut:
1. Cari Referensi Desain di Microstock
Ritual penting ini hendaknya tidak dilewatkan, mengapa? agar kita mendapatkan ide dengan pas dan cepat terkait dengan konsep desain seperti apa yang akan kita buat yang sekaligus sesuai dengan karakter sekolah kita. Tentunya, dari desain yang kita lihat di microstock nantinya tidak harus kita ATP (anati tiru plek ya) tapi sesuaikan saja. Syukur-syukur jika ada dana khusus, beli saja template yang sesuai tinggal ganti-ganti teks dan atur objeknya aja. praktis deh. Biasanya lagi microstock yang sering saya kunjungi semisal freefik.com atau shutterstock.com gitu dengan keyword Flyer atau Flyer 3 folding. Tergantung brosur yang mau kita bikin berapa lipatan.
Ayo Kak, Sekolah Di Sini |
Nah, sebagus-bagusnya desain kalo pemilihan font nya asal, Rasa-rasanya pasti ada yang kurang. Kayak aku tanpa kamu gitu ehem.. Asli font ini sangat penting peranannya. Syaran saya browsing aja dengan keyword tertentu. Dan pastikan cari yang free aja, banyak kok. Satul lagi gunakan font yang konsisten dan jangan terlalu banyak jenis font.
3. Akurin aja Ukuran Brosur dengan Paket Cetak Yang Ada
Terkadang di setiap percetakan memiliki harga cetak paketan untuk ukuran kertas tertentu. Semisal cetak 1000 lembar A4 DS (bolak-balik) dibanderol 400 ribu, ini misal lho ya. Nggak ada salahnya juga kita gunakan ukuran flyer/brosur kita di ukuran A4 3 lipatan. Ini jauh lebih murah dari pada kita bikin ukuran custom dan ketika dibawa ke percetakan malah kena charge yang ngga umum. Bener ngga.
Mockup Brosur PPDB SMP Kartika IV-9 2021/2022 |
4. Buat Proof di Jenis Kertas Yang Sama
Proof ini juga sangat penting. misal nantinya kita akan cetak brosur di kertas AP 120. Sebaiknya sebelum dibawa kepercetakan kita cetak dulu buat contoh di ukuran jadi dan kertas yang sama. Bisa kita cetak sendiri atau ke digital printing yang harganya sekarang sudah sangat terjangkau. dari hasil proof tersebut nantinya kita akan tahu, teks mana dan foto atau gambar mana yang mungkin kurang maksimal. Atau ditemukan adanya font yang berubah karena waktu diproof font belum sempat di convert. Meski hasil proof sudah sangat baik, terkadang ada perbedaan dengan hasil cetakan, ya ini wajah karena kalibrasi warna monitor ditiap komputer waktu desain dan dipercetakan terkadang beda. Tapi sejauh ini yang saya termuai, perbedaan itu tidak terlalu mencolok. Asal color mode yang kita gunakan dengan yang ada di percetakan sama lho ya.
Nah, itulah sedikit sharing dari seorang guru swasta yang mendeclaire dirinya sebagai desainer abal-bal ini. Semoga bermanfaat deh, dan saya doakan sekolahan njenengan semua dapet murid sesuai dengan target, TPP lancar, gaji naik tiap tahun dan seluruh keluarga sehat bahagia semua. Aamiin.
Oh iya, saya juga menerima jasa desain. Kalo pas ga sibuk hehe....
Proof ini juga sangat penting. misal nantinya kita akan cetak brosur di kertas AP 120. Sebaiknya sebelum dibawa kepercetakan kita cetak dulu buat contoh di ukuran jadi dan kertas yang sama. Bisa kita cetak sendiri atau ke digital printing yang harganya sekarang sudah sangat terjangkau. dari hasil proof tersebut nantinya kita akan tahu, teks mana dan foto atau gambar mana yang mungkin kurang maksimal. Atau ditemukan adanya font yang berubah karena waktu diproof font belum sempat di convert. Meski hasil proof sudah sangat baik, terkadang ada perbedaan dengan hasil cetakan, ya ini wajah karena kalibrasi warna monitor ditiap komputer waktu desain dan dipercetakan terkadang beda. Tapi sejauh ini yang saya termuai, perbedaan itu tidak terlalu mencolok. Asal color mode yang kita gunakan dengan yang ada di percetakan sama lho ya.
Nah, itulah sedikit sharing dari seorang guru swasta yang mendeclaire dirinya sebagai desainer abal-bal ini. Semoga bermanfaat deh, dan saya doakan sekolahan njenengan semua dapet murid sesuai dengan target, TPP lancar, gaji naik tiap tahun dan seluruh keluarga sehat bahagia semua. Aamiin.
Oh iya, saya juga menerima jasa desain. Kalo pas ga sibuk hehe....
Ismanadi
Dok. Ismanadi |
Dok. Ismanadi |