Bagi saya, sangat manusiawi sekali manakala
kita dikasih masalah sama Allah dan seakan-akan terasa beraaaat banget dan
memang berat sih, ya karena kita memang mahluk yang lemah. Mahluk yang nggak
punya daya apa-apa tanpa pertolongan-Nya. Jadi ya wajar banget kalo kita
ngeluh, komplain yang berlebihan, ngedumel yang nggak proporsional. Parahnya
lagi suudzon yang nggak-nggak sama yang ngasih masalah. Kalo sudah gini, kita
sudah ngaku mahluk yang lemah, nggak mampu apa-apa tapi ya jangan lupa selain
lemah kita juga mahluk yang sempurna lho, diberi akal dan pikiran, masak iya
kita biarin gitu aja, masak sih kita bakalan cuman meratap, memelas dan
berpangku harapan dengan mematri satu ungkapan sakti ”yang
terjadi-terjadilah”. Tanpa ada satu dua hal yang bisa kita perbuat. Ndak usah
yang muluk-muluk lah apalagi berfikir pendek sampai harus mengakhiri hidup
dengan gantung diri di pohon tomat atau menenggelamkan diri di dalam gayung (
wah-wah itu termasuk mengatasi masalah tanpa solusi kali ya, hehehe). Waduh
gara-gara kalimat terakhir yang memaksa menyisipkan guyonan malah memutus
suasana dramatis yang udah kebangun dari paragraf pertama tadi ya. Ya udah deh
kita ganti paragraf aja ya.
Kalau ada masalah atau apalah yang sekiranya berat
bagi kita, coba yuk kita lakukan GN-OTA, bukan menjadi orang tua asuh lo ya,
tapi GN-OTA : Gerakan Nyontek Orang-Orang Terdekat Allah. Ya “NYONTEK”, dengan
kita pakai kata nyontek, In Sha Allah tidak akan terasa berat, ya seperti waktu
kita dibangku sekolah dulu lah, kan nggak mikir panjang yang penting nyontek
dan dapet nilai bagus hehe. Nah khusus Nyontek yang satu ini, nyonteknya kepada
orang-orang yang deket banget sama Allah. Bagaimana dan apa yang meraka lakukan
manakala di uji Allah, manakala dapat musibah, manakala dapat ujian. Bagaimana
gigihnya Nabi Adam memohon ampun kepada Allah setelah beliau diturunkan ke Bumi
dan dipisahkan dengan Hawa atas kekhilafannya. Bagaimana sabarnya Nabi Ayub
ketika diberikan penyakit bertahun-tahun dan tetap hebat beribadah kepada
Allah. Coba tengok kisah Nabi Yusuf yang sabar atas kejailan saudara-saudaranya,
dan tidak menjadi pendendam kepada saudaranya ketika beliau sudah menjadi Raja.
Bahkan Nabi Muhammad SAW –pun yang merupakan kekasih Allah masih mendapatkan ujian
yang luar biasa. Kalau orang-orang terdekat Allah saja masih diberikan ujian,
cobaan berupa masalah-masalah yang luar biasa dan pada akhirnya semua happy
ending koq. Apalagi dengan kita, seorang hamba yang tidak pernah luput dari
dosa dan tak pernah mampu mensyukuri nikmat dengan seharusnya. Sudah amat
sangat wajar dan teramat wajar sekali manakala kita didatangi masalah-masalah
dan ujian-ujian yang terkadang bertubi-tubi. Coz itu merupakan proses
metamorphosis kita untuk derajat yang lebih baik lagi. Dan yang pasti setelah
ada kesulitan pasti ada kemudahan.
Selanjutnya, simak beberapa tausiah berikut ini. Agar kita semakin mendapatkan pencerahan dan mampu mencontek dan mengikuti orang-orang terdekat Allah.