Oleh : Yuyung Abdi* - Ada dua pandangan tentang pengertian realitas objektif saat pengambilan foto. Sebuah karya foto yang merekam realitas tetap tidak akan menghasilkan realitas orisinal, meski sebagai refleksi yang paling analog. Oleh sebab itu, pengertian realitas harus dikategorikan sebagai bagian dari realitas yang terpisah sehingga pemahaman terhadap apa yang difoto dapat klasifikasikan dengan baik. Itu disebabkan pemotretan selalu melewati tiga realitas, yaitu realitas 1 (objek yang difoto), realitas 2 (hasil foto objek), dan realitas 3 (hasil objek foto diatur dalam software pengelola gambar). Dapat juga dijabarkan dalam kerangka realitas objektif terhadap objek yang difoto, realitas kamera, realitas fotografernya, dan realitas editing gambar. Contoh realitas ketiga, yaitu foto diedit dengan menggunakan photoshop. Hasil foto dengan DI (digital imaging) atau digital painting photography menjadi realitas yang berbeda dengan tiga realitas sebelumnya. Pendapat itulah yang menegaskan batasan tentang objektivitas dalam realitas.
Dikatakan objektif ketika foto itu tak berubah dari sebuah realitas. Pengertian tersebut dititikberatkan bahwa foto menyatakan keadaan yang sesungguhnya. Mengungkapkan realitas objektif menurut cara pandangnya dengan bantuan produksi mekanik fotografi. Representasi objek yang difoto menghasilkan gambar yang sama persis. Itu yang disebut objektif. Tetapi, realitas setelah direproduksi secara mekanis oleh kamera tetap saja akan menghasilkan objektif realitas kamera. Sama halnya ketika mengacu pada perubahan dimensi, yaitu 3 dimensi menjadi 2 dimensi. Sesuatu yang berubah menyangkut ketidakobjektifan. Begitu juga penggunaan lensa yang memberi perubahan karena efek distorsi, pilihan focal length, maupun efek warna. Sehingga, foto tidak lagi sebagai representasi realitas visual sebagaimana yang terlihat mata karena perubahan bentuk tersebut. Pendapat itu memberi pandangan bahwa realitas objektif pada dasarnya tidak pernah ada ketika produk karya fotografi dihasilkan kamera.
Yang kedua, klaim bahwa gambar foto adalah realitas objektif karena dasar pengambilan foto merupakan sesuatu yang nyata. Foto juga merepresentasikan kembali objek yang difoto yang bersifat realitas. Meski gambar foto bukanlah realitas sesungguhnya, hanya sesuatu yang analog dengan realitas.
Objektivitas mutlak sulit diterapkan dalam foto karena menyangkut sebuah pilihan yang tidak bisa lepas dari latar belakang pemotret. Bagaimanapun, realitas tidak dapat digambarkan seutuhnya ketika ruang tampilan tidak mencukupi untuk dipublikasikan secara keseluruhan. Subjektivitas direlasikan karena peran fotografer dalam memproduksi realitas tersebut. Ada proses memilih dalam penentuan hasil. Sebuah fenomena tidak selalu menampilkan foto sebagai representasi secara keseluruhan. Itu bisa terjadi karena sisi pilihan objek yang disampaikan tidak mewakili keseluruhan. Apa yang ditampilkan merupakan sesuatu yang ingin disampaikan fotografer sebagai pilihan. Ketika ada proses memilih, itu tentu tidak akan lepas dari unsur subjektivitas.
Timbulnya tanggapan objektivitas maupun subjektivitas itu terkait dengan penyampain sebuah maksud atau pesan sebuah foto, termasuk pemilihan sebuah momen. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan adalah menampilkan seluruh gambar yang difoto. Pilihan adalah jalan subjektivitas yang bersifat universal sesuai dengan parameter yang distandardisasi. Parameter itu penting dan dianggap mewakili karena subjektivitas sendiri juga relatif. Misalnya, unsur subjektivitas sederhana dalam suatu acara senam pagi masal. Maka, fotografer mencari peserta yang cantik atau tokoh, namun ada nilai atau parameter yang disepakati banyak orang bahwa itu menarik. Tentu, kebanyakan orang memilih dan menyukainya. Menyesuaikan kesukaan kita dengan kesukaan orang lain.
Berbicara subjektif berarti melakukan sebuah pilihan adegan, peristiwa, maupun kejadian. Proses memilih itu didasarkan peran fotografer. Dikatakan subjektif ketika ada proses memilih. Tapi, bagaimanapun hasilnya, fotonya tetap objektif. Meski objektif produk berbeda dengan objektif semula. Sesubjektif-subjektifnya sebuah foto, tetap saja objektif karena nyata (riil). Menampilkan sebuah realiatas. Seobjektif-objektifnya foto tetap saja memiliki subjektivitas ketika menyangkut sebuah pilihan.
Jadi, tidak ada sesuatu yang benar-benar objektif dan tidak ada sesuatu yang benar-benar subjektif.
*) Redaktur foto Jawa Pos
Image Source : Freewallpaper.com